Georgia Trip Part 7 – Ke Batumi

Setelah 2 malam di Kutaisi, kamipun melanjutkan roadtrip ke kota Batumi. Sebelum keluar Kutaisi, mampir dulu di Gelati Monastery, biara yang dibangun tahun 1106 oleh Raja David IV. Kemudian gereja ditambahkan di kompleks tersebut oleh penerusnya. Sampai sekarang kompleks gereja dan biara tersebut masih aktif dipakai untuk beribadah, meskipun sedang dilakukan renovasi.

Kami sampai di sana jam 9 pagi, karena jaraknya dekat dari airbnb tempat kami menginap. Tapi karena di Georgia hari mulai agak siang, jam 9 semua masih tutup di sekitar biara, untung pintu masuknya terbuka (masuk tidak perlu tiket). Sudah ada beberapa penduduk lokal di kompleks gereja, tapi tidak ada turis.

Gelati Monastery

Dari Gelati Monastery, perjalanan dilanjutkan ke Prometheus Cave. Kami sampai sekitar jam 10.30, tiket masuknya untuk orang asing 23 GEL. Untuk masuk ke Prometheus Cave ini harus ikut tour, tidak boleh masuk sendiri. Orang yang menunggu masuk sudah banyak, jadi kami putuskan untuk ikut rombongan berikutnya saja, mau santai-santai dulu ke toko souvenir dan toilet. Eh, setelah balik dari toilet ternyata rombongan masih belum berangkat, jadi kami ikut bergabung. Jumlah rombongannya banyak, kira-kira 40 orang. Ada juga lansia yang pakai tongkat.

Gua ini ditemukan di awal tahun 1980-an, kemudian agak terbengkalai. Tahun 2007 baru mulai dijadikan objek wisata lagi dan tahun 2010 diberi nama Prometheus Cave oleh Presiden Saakashvili. Kalau menurut mitologi Yunani, Prometheus ini dewa yang memberikan api kepada manusia, sebagai akibatnya dia mendapatkan hukuman dirantai di pegunungan di area gua ini berada. Tiap hari hati Prometheus dimakan oleh burung dan tiap hari hatinya tumbuh lagi dan dimakan burung lagi…begitu terus sebagai hukuman. Dari 11 km panjang gua, hanya 1800 meter yang dibuka untuk pengunjung.

Masuk ke gua, kami dipimpin guide. Cukup banyak tangga naik dan turun. Lansia yang ikut terpaksa dituntun pelan-pelan. Guidenya ibu-ibu, menurut saya kurang bagus, dia gak ramah dan datar-datar saja waktu memberikan penjelasan, mungkin bosan karena sehari beberapa kali memberikan penjelasan yang sama. Penjelasannya dalam bahasa Georgia, Inggris dan Rusia, kalau kita ribut sendiri dan gak mendengarkan dia marah-marah. Hadeuw. Menurut saya sih tidak recommended pergi ke gua ini. Guanya juga gak terlalu istimewa.

Prometheus Cave

Begitu keluar dari gua rasanya lega… Haha… Serasa ikut study tour dibimbing guru galak. Di pintu keluar mampir dulu untuk liat wine museum kecil-kecilan. Ternyata wine di Georgia secara tradisional difermentasi di bawah tanah.

Tempat fermentasi wine

Dari pintu keluar harus naik minibus untuk balik ke loket pintu masuk.

Makan siang hari itu kami mampir ke kios shawarma di pasar dan ternyata …. itu salah satu makanan paling enak yang kami makan di Georgia! Kami pilih yang ukuran kecil, harganya 8 GEL. Pas dilihat, wah banyak juga isiannya! Hari itu kami tidak perlu makan malam karena kenyang makan shawarma…

Daftar harga shawarma

Isiannya melimpah!

Setelah kenyang, kami lanjut ke Batumi, kota kedua terbesar di Georgia, di pinggir Laut Hitam dan berdekatan dengan perbatasan Turkiye. Kota ini disebut juga Las Vegas-nya Laut Hitam karena kasino-kasino di kota itu. Rencananya kami menginap 3 malam di airbnb, pilih airbnb-nya yang berpemandangan Laut Hitam. Kami janjian dengan host airbnb jam 5, ternyata jam 3 kami sudah sampai di Batumi. Hostnya bilang suruh tunggu, karena dia masih belum bisa datang. Ini gak enaknya menginap di airbnb yang kuncinya masih manual, harus tunggu host. Airbnb di Kutaisi kami cuma diinfo nomor PIN untuk masuk ke apartemen. Akhirnya setelah menunggu 1 jam dia datang juga, tapi katanya unit yang kami mau sedang rusak keran airnya. Dia punya unit lain di gedung yang sama tapi lebih kecil. Ok lah.

Apartemen tempat airbnb ini letaknya tepat di pinggir Laut Hitam. Di sepanjang pantai penuh dengan apartemen dan hotel dengan arsitektur-arsitektur modern, kecuali… apartemen kami. Hahah.  Kayaknya apartemen ini sisa peninggalan jaman Uni Soviet dan sejak itu tidak pernah direnovasi. Unit yang kami tempati sih cukup ok, sudah direnovasi dan bersih, tapi apartemennya sendiri betul-betul tua. Untuk naik ke unit kami harus naik lift yang sempit, waktu naik getarannya lumayan juga…gujrug… keluar lift begitu juga. Habis itu kami selalu memilih turun naik lewat tangga saja.

Pemandangan Laut Hitam dari jendela apartemen. Laut Hitam ternyata warna tidak hitam, tapi biru seperti laut-laut yang lain.

Sunset di Laut Hitam

Apartemen kami disebelah gedung-gedung berarsitektur modern

Malam itu kami habiskan menelusur pantai sambil melihat gedung di pinggir pantai, kemudian lihat air mancur bernyanyi dan ke mall. Mall-nya bagus-bagus, tapi merk yang dijual merk internasional yang di Indonesia juga ada.

Cantiknya Batumi di waktu malam….

Leave a comment