Kalau ditanya, bisa tidur gak di hanok….tidur di lantai beralaskan kasur lipat tipis? Bisa sih, cuma semalam saya dua tiga kali terbangun sambil mikir, kenapa ya punggung saya sakit? Trus saya ingat, oh ya… ini kan tidur di lantai, terus tidur lagi. Bantalnya yang isi biji-bijian juga keras. Tapi bisa tidur sih. Apalagi lantainya berpenghangat, jadi enak.
Yang mengganggu dari hotel ini adalah dindingnya yang tipis. Ada dua ibu di kamar sebelah kiri yang ngobrol dalam bahasa Korea sampai malam. Kalau saya bisa bahasa Korea pasti saya ikut nimbrung juga. Di kamar sebelah kanan ada bapak dan anaknya yang masih kecil main tebak-tebakan sampai malam juga. Waduh. Padahal ini hotel baru, kenapa gak dibuat kedap suara ya dindingnya.
Hari itu kami mau ke kuil Bulguksa, jaraknya sekitar 12 km dari hotel. Kami memutuskan untuk berangkat pagi-pagi naik taksi, nanti pulangnya naik bis. Kami minta resepsionis hotel untuk panggilkan taksi. Perjalanan naik taksi ini KRW 18,000.

Pemandangan dari taksi

Pintu masuk, tiketnya KRW 6,000 untuk dewasa. Kami datang jam 9, tepat saat kuil dibuka. Jadi masih sepi, belum ada pengunjung lain.
Kuil Bulguksa (artinya The Land of Buddha) dibangun tahun 528 di jaman dinasti Silla dan kemudian dibangun kembali tahun 751. Setelah itu kuil beberapa kali rusak dan terbakar karena perang. Renovasi besar dilakukan ditahun 1960-1970-an. Tahun 1980-1990-an kuil ini berfungsi sebagai objek wisata saja, baru tahun 2000 pengelolaan kuil diserahkan ke Ordo Jongye-jong dan menjadi salah satu pusat Buddhisme di Korea. Tahun 1995 kuil ini ditetapkan sebagai Situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO.



Jalan masuk



4 Maharaja Langit, empat dewa yang masing-masing mengawasi satu mata angin di dunia.

Ini kios yang jual beras dan genteng untuk sumbangan ke kuil. Kita bisa beli genteng (satu genteng kalau tidak salah KRW 10,000) kemudian tulis doa di genteng tersebut, nantinya genteng dipakai untuk mengganti genteng kuil kalau rusak.

Pintu utama ke kuil dengan 33 anak tangga, melambangkan 33 langkah menuju pencerahan. Tapi kita tidak bisa masuk lewat tangga ini, harus lewat jalan di sampingnya.

Dabotap Pagoda, yang masih tersisa dari tahun 700-an









Bagian-bagian Bulguksa Temple



Pohon sakura. Eh…. tapi saya gak yakin sih, itu pohon sakura (cherry blossom) atau peach blossom atau plum blossom. Ya pokoknya mirip sakura 😊


Pohon magnolia. Cantik sekali yaaaa…..




Di depan kuil ada kios yang jual minuman dan souvenir


Area dekat pintu keluar, entah apa ini.

Di akhir Maret bunga-bunga banyak yang masih kuncup….
Jam 10-an turis mulai berdatangan, kuil mulai ramai. Ada juga rombongan turis Indonesia.
Sebetulnya ‘pasangan’ kuil Buguksa yang juga Warisan Budaya Dunia pilihan UNESCO adalah Gua Seokguram. Bisa jalan 1.5 jam dari Bulguksa, tapi kami tidak ke sana. Karena belum makan pagi, akhirnya jalan kaki cari restoran, ikut petunjuk dari Naver map yang pagi itu gak ngadat.
Kira-kira jalan kaki 10 menit, sampai ke tempat yang banyak toko kue (jual Hwangnam ppang, kue khas Gyeongju) dan restoran. Tapi sepi. Gak ada orang. Mungkin karena masih pagi.


Toko kue
Lagi jalan dan foto-foto di jalan yang sepi, tiba-tiba ada nenek-nenek yang melambaikan tangan panggil kami. Ternyata dia punya restoran. Manis sekali si nenek, masuk deh kami ke restorannya

Nenek lagi berjemur sekalian cari customer untuk restorannya. Di dalam restoran ada anak dan cucunya yang masak dan melayani tamu. Ternyata ini restoran keluarga.

Menu

Kami pilih Bul-nak Jeonggol, sup yang isinya bulgogi dan gurita (nakji), harganya KRW 30,000. Waktu datang, semuanya masih mentah, tinggal nyalakan kompor dan aduk sendiri. Matangnya gak lama.

Ini banchannya

Dalam 30 menit makanan habis, berikut banchannya….cuma bersisa sepotong cabe!! Ternyata itu makanan paling enak yang kami makan di trip ke Korea ini!! Daging bulgogi dan guritanya empuuuk, rasa gurih dan pedas di supnya juga pas. Kalau ke Bulguksa temple, jangan lupa mampir ke restoran ini! 😊
Terus kami jalan-jalan lihat kota sepi ini

Hallo, Taro!!


Sepi sekali kan…

Eh, ada café yang cantik… jadi mampir deh.

Area outdoornya, buat pengunjung yang bawa anjing.

Beli espresso dan café latte. Di Korea, kalau beli kopi pasti ditanya, minum sini atau dibawa? Kalau diminum di café, pasti minumannya dalam gelas keramik. Lumayan kan, mengurangi sampah plastik.
Lama juga kami di cafe, karena bis kembali ke Gyeongju jarang ada, datangnya lama antar bis.

Information center tempat kami nanya jadwal bis
Seperti biasa bisa bayar bis dengan T money. Lumayan jauh juga naik bis ke Gyeongju, tapi menyenangkan…banyak yang dilihat. Turunnya di terminal bis Gyeongju, perhentian terakhir. Di terminal, ke café lagi. Kali ini Ediya, café yang banyak cabangnya di Korea. Saat itu sedang banyak minuman strawberry karena sedang musim, tapi saya pilih matcha latte pakai oat milk ah. Enak!!

Menu minuman strawberry.

Matcha latte, pakai oat milk. Enak, ada topping yang kriuk. Tapi minumannya dikit sih… banyak es batunya….
Dari terminal naik taksi, minta diturunkan di jalan utama dekat hotel. Wah, banyak turis. Di jalan ini banyak yang jual snack, baju, menyewakan hanbok dll. Di situ juga banyak jalan-jalan kecil di dalamnya ada café dan restoran



Penyewaan hanbok.

Banyak couple berseliweran pakai hanbok. Cute yah.

Penjual dalgona

Penjual opak (kerupuk yang isinya angin 😊). Nama Koreanya bbeongtwigi, opak ini dibuat dengan mesin pembuat opak. Tiap beberapa detik tiba-tiba mesinnya bunyi ‘bbeong’ (bong!) dan 1 opak terbang keluar mesin. Mesinnya ditaruh di jendela toko, seru liat opaknya terbang, kayaknya saya betah seharian liat mesin opak itu.



Cafe dan restoran….
Di dekat hotel ada mini market. Saya lupa CU atau G25. Ini isinya.

Aneka odeng, sosis dan susu…

Ada jagung bakar!

Ubi!

Kopi!

Soju!



Permen! Yang saya sering lihat di area permen : Kopiko!
Yang saya pengen coba minuman dalam pouch dengan es batu yang selalu ada di Youtube shorts orang-orang yang ke Korea


Pilihan minumannya banyak. Yang gak bisa minum kopi, bisa beli juice, disebutnya ‘-ade’. Jadi ada lemonade, peachade, blueberryade.


Enak, gaess. Gak terlalu manis sih menurut saya. Cuma dingin banget dengan es batu segitu banyak. Hehehe. Pelengkapnya cumi kering… tapi alot ah.


Jam setengah 7-an jalanan di depan hotel sudah sepiiiii. Turis yang datang ke Gyeongju biasanya daytrip saja, pakai bis dari Seoul atau Busan. Makanya jam 11 pagi sampai jam 4-5 sore jalanan rame. Setelah bis-bis turis itu pulang jalanan jadi sepi. Di hotel juga jarang yang menginap 2 malam seperti kami, kebanyakan 1 malam. Tapi pas sih 2 malam, kalau mau santai-santai.



Hotel di waktu malam
Ok, waktunya makan malam… Jalan ke sana sini… banyak pilihan dari pizza, makanan korea, makanan Jepang, steak. Sepi-sepi semua restorannya. Kami akhirnya pilih restoran namanya 6.6. Menu utamanya cuma 4 : iga babi masak kecap atau masak pedas, iga sapi masak kecap atau masak pedas. Menu tambahannya pancake kentang dan pancake daging sapi. Selain itu gak ada lagi. Biasanya restoran yang menunya sedikit makanannya enak.


Menu

Ini tempat duduknya, seperti tong, tutupnya bisa diangkat, jadi tas dan jaket bisa dimasukkan ke dalamnya (jangan sampai kelupaan)
Kami pesan 2 porsi : 1 porsi iga masak kecap, 1 porsi iga masak pedas. Gak boleh, katanya. 1 macam masakan harus minimal 2 porsi. Jadilah pesan 2 porsi igak masak kecap.

Iga masak kecap. Pelengkapnya kimchi lobak, odeng tumis pedas, acar bawang bombay dan tauge rebus campur minyak wijen. Iganya empuk, bumbunya pas, rasa kecap dan black pepper. Ada wortel dan kue beras (tteok) juga. 9/10.
Pulang makan trus jalan-jalan tanpa tujuan untuk menurunkan makanan. Eh, tiba-tiba di pinggir jalan lihat display perhiasan raja yang ditemukan di salah satu tumuli.




Bagus-bagus nih perhiasan yang ikut dikubur…


Lukisan di dinding.

Ini opak yang dibeli di jalan tadi siang. Saranghae.