Hari ini kami mau ke Gyeongju, kota yang jauhnya 1 jam dari Busan. Gyeongju ini dulu adalah ibukota kerajaan Silla (tahun 57 SM sampai dengan tahun 935). Pernah juga jadi kota keempat terbesar di dunia saat kerajaan Silla ini sedang berjaya. Gyeongju dapat julukan “Museum without Walls” karena banyaknya situs-situs arkeologi di sana.
Kami bangun pagi-pagi dan jam 7 sudah siap untuk check out. Kami bawa 2 koper besar ke Korea ini. Rencananya 1 koper akan dititip di hotel, 1 lagi dibawa ke Gyeongju. Nanti setelah 2 malam di Gyeongju, balik lagi menginap di hotel YTT ini. Tapi…. waktu ke lobby untuk check out, tidak ada orang sama sekali. Waduh. Kalau cuma check out saja gampang, tinggalkan kartu dan tulis note, karena kan kamar sudah dibayar. Masalahnya satu koper mau dititip dan kami juga mau minta tolong panggilkan taksi untuk antar ke terminal bis. Gimana dong.
Kami mondar mandir di lobby… yah… siapa tau ada yang lihat lewat CCTV dan datang ke lobby. Tapi gak ada. Yang ada cuma suara mesin dalam bahasa Korea saat kami mondar mandir. Mungkin bilang “Harap telpon nomor 123 bila Anda mau check out dan tidak ada orang”…tapi kan gak ngerti ya. Akhirnya naik lagi deh ke kamar dengan 2 koper itu.
Trus ngapain? Cari makan pagi saja sekitar hotel. Ada restoran pasta dan pizza dekat hotel yang sebetulnya pengen saya coba karena katanya pasta di Korea enak, tapi agak merasa bersalah….masak ke Korea malah makan pasta. Nah, pagi itu jadi ada alasan untuk makan di sana karena itu satu-satunya yang buka di dekat hotel. Kalau mau makanan Korea ada sih tapi harus ke jalan utama. Restorannya namanya OTD, punya Tower Hill Hotel. Saya pesan ‘Salted Pollack Oil Pasta’ (KRW 12,000), suami saya pesan ‘Vongole Pasta’ (KRW 11,000). Enak? Banget!

Restoran

Menu

Salted Pollack Oil Pasta. Yang pink itu telur ikan yang diasinkan. Makannya dicolek dikit-dikit kemudian dicampur ke pasta. Enaaaak….

Vongole Pasta. Pasta dikasih kerang, kerangnya seperti kerang batik. Porsinya kelihatannya kecil, tapi cukup kenyang sih. Rasanya juga enaaak!
Jam 8 kami kembali lagi ke hotel. Resepsionisnya sudah ada di lobby. Kami bilang mau titip koper 2 malam dan minta bantu panggilkan taxi ke Sasang Bus Terminal. Ok, katanya. Jadi dari hasil pencarian sporadis lewat google yang saya tahu 1) Ke Gyeongju lebih baik naik bis daripada kereta api, karena terminal bis lebih dekat ke pusat kota dibanding stasiun kereta api 2) Sasang nama terminal bis di Busan 3) Jarak dari hotel ke Sasang hanya 8 km, jadi daripada naik metro, kami naik taxi saja, harusnya tidak terlalu mahal.
Taxinya datang. Koper kami masukkan dan kami duduk manis di taxi siap berangkat. Resepsionis tanya basa-basi…kalian mau ke mana sih? Mau Gyeongju! Jadi dia bilang ke supir taxi kira-kira ‘Antar ke Sasang, karena mereka mau ke Gyeongju’. Supirnya bilang dan diterjemahkan oleh resepsionis ‘Di Sasang gak ada bis ke Gyeongju. Adanya di Nopo Bus Terminal. Kalau mau naik taxi ke sana, kira-kira KRW 30,000’. Eeehh?? Tiba-tiba saya sadar di kota sebesar Busan mungkin saja Sasang itu bukan satu-satunya terminal bis…. Begitulah kalau nge-googlenya kurang lengkap. Karena sudah duduk di taxi, kami pun pergi naik taxi ke Nopo. Dan memang jauuuuh. Lamaaa. Kami bayar KRW 30,000. Sebetulnya dari stasiun metro Nampo di dekat hotel, ada metro langsung ke Nopo, gak usah ganti kereta…tapi memang jauh sih jaraknya 23 stasiun.
Terminal bis Nopo besar. Kami beli tiket di loketnya, petugasnya bisa bahasa Inggris. Bis ke Gyeongju ada tiap 20 menit. Harga tiketnya KRW 7,400. Hahah… tiket ke Gyeongju 2 orang lebih murah daripada naik taxi dari hotel tadi. Di tiket ada nomor platform dan nomor tempat duduk. Dari tempat pembelian tiket kami turun tangga (ada eskalator) ke platform untuk naik bis. Mudah sekali dan murah!! Saking mudahnya saya langsung buat rencana, suatu hari saya mau naik bis ke berbagai kota di Korea.

Area pembelian tiket

Tiket ke Gyeongju. Jelas nomor platform dan tempat duduknya.

Suasana di lantai bawah

Ada toko cemilan

Ada toko odeng dan restoran

Ini menunya

Platform keberangkatan bis, mudah ditemukan
Bis tiba di platform 5 menit sebelum berangkat. Kami masukkan koper sendiri ke bagian bawah bis. Memang serba self service, gak ada yang bantu masukkan koper. Buka sendiri bagasi di bawah bis, masukkan koper, tutup lagi dan naik ke bis. Duduk di tempat duduk sesuai tiket. Tempat duduk di bis 1 baris isi 3 kursi, formasi 2-1, kursinya reclining seat. Enak sih. Bisnya 75% penuh, banyak kelompok ibu-ibu, kayaknya mau daytrip ke Gyeongju.
Perjalanan ke Gyeongju 1 jam, lewat jalan tol. Sampai di terminal bis Gyeongju tepat waktu. Kami turun dan keluarkan koper sendiri dari bawah bis lalu cari taksi. Terminal bis ada di tengah kota, ke hotel bayar taksinya cuma KRW 3,300. KRW 3,300 ini biaya minimum di argo kalau kita naik taksi.
Di Gyeongju kami menginap di Hwangnamkwan Hanok Guesthouse, pengen coba menginap di hanok. 1 kamar kira-kira IDR 1 juta / malam. Tapi baru boleh check in jam 3 jadi kami jalan-jalan dulu sekalian cari makan siang.
Saya ingin coba ‘hanjeongsik’ atau set menu, jadi kita bayar harga tertentu nanti dapat beberapa jenis makanan. Dari hasil cek di google hanjeongsik yang terkenal di Gyeongju itu di restoran Hongsi, jaraknya 1.5 km. Dibantu Naver map kami jalan ke Hongsi.

Tempat foto di pinggir jalan

Sampai juga di restoran Hongsi. Agak masuk ke gang.

Restoran Hongsi

Menunya cuma 2 : hanjeongsik biasa (KRW 15,000) dan hanjeongsik pakai bulgogi (KRW 20,000).



Ini menu detailnya. Kami pilih hanjeongsik dengan bulgogi. Pelayanannya cepat, karena semua set menu.



Suasana resto seperti ini. Sebelum masuk kami harus buka sepatu dulu. Harap diingat…kalau ke Korea pakailah sepatu yang tanpa tali, karena harus sering buka pakai sepatu.

Appetizer, yang di tengah itu bubur ayam. Yang di atas mulai dari arah jam 12 salad kaki babi …. tapi gak berasa ada kaki babinya… (rasanya enak asam-asam gitu), rice cake digoreng tengahnya ditempelin bunga (tawar dan sekali hap langsung lenyap), labu kukus ditumbuk (enak, agak manis), pancake pakai rumput laut (ini saya kurang suka karena berminyak, tapi suami saya suka), walnut salut gula (nah, ini enak…kayak permen) dan salad sayuran.

Makanan utama, baris pertama dari kiri ke kanan : daging hiu di-grill (rasanya kayak ikan grill biasa), ikan masak pedas (ini enak, kayak ikan balado), sup doenjang / tauco (rasa tauconya cukup kuat, dalamnya ada zucchini), sup dingin dalamnya ada jelly dari biji acorn / biji ek, nama jelly ini dotorimuk (gak ada rasanya, teksturnya kayak kembang tahu tapi sedikit lebih padat), pancake pedas (berminyak, kurang enak), acar dari semacam daun yang mirip daun pinus (ini enak…rasa acarnya segar)
Baris kedua : kimchi daun perilla (saya gak terlalu suka daun perilla kalau dibuat kimchi karena baunya yang tajam, untung cuma dapat 2), sayur tauge, bulgogi, siput mentah dibuat salad pedas (enak juga rasanya…. daging siputnya kenyal), kepiting mentah difermentasi dan dikasih saos pedas (agak susah dapat dagingnya karena kecil, kulitnya keras lagi…)
Baris ketiga : cumi ditumis pedas (yang berasa saus sambalnya aja), daun selada ditumis (ini yang bikin kita ketawa…. 2 lembar aja daun seladanya… tumisannya gak ada rasa lagi), sup jamur dengan bubuk wijen (kayak bubur wijen, rasanya datar aja), ikan mackerel di-grill (nah, ini enak….ikan bakar, rasanya asin, tapi durinya banyak), salad bayam… bayam rebus dicampur dengan kecap asin dan minyak wijen (asin dan gurih)

Dessertnya buah kesemek dan teh dengan rempah-rempah
Recommended engga makan hanjeogsik? Karena kami selalu terbiasa makan makanan sampai habis, akibatnya kekenyangan banget makan hanjeongsik ini. Kelihatannya dikit, tapi bikin kenyang. Melihat semua makanan ludes, managernya bolak-balik tanya ‘Cukup engga? Mau tambah?’. Hadeuw. Kayaknya ini terakhir kali kami makan hanjeongsik. Gak muat perutnya. Eh, tapi pas mau pulang lihat meja sebelah ternyata banyak orang Korea yang gak habiskan makanannya….

Pohon magnolia di depan restoran. Saya selalu kagum sama pohon magnolia waktu berbunga ….bunga semua gak ada daunnya….
Dari situ jalan balik ke hotel. Lewat pasar Jungang. Iseng ah, lihat isi pasar di Korea seperti apa.

Pasar Jungang


Bibit tanaman selada

Cemilan

Ikan kering

Saus dan kacang-kacangan

Bantal

Berbagai macam sandal, dari sandal kamar sampai sandal kamar mandi

Hanbok. Cantik yaaaa

Cabe dan biji-bijian

Panci

Guci

Sapu. Desainnya bisa sama ya dengan sapu kita. Hehehe


Sayur
Di trotoar di pinggir pasar banyak oma-oma yang jual sayur. Sayurnya gak banyak, mungkin hasil kebun sendiri. Mereka sudah tua sekali, kayaknya di atas 70 tahun. Hebat.
Di jalan ke hotel melewati tumulus. Tumulus ini kuburan yang bentuknya gundukan tanah, kalau jamak namanya tumuli. Ini salah satu obyek wisata di Gyeongju. Tumuli ini dibangun dari abad ke 4 sampai ke 6 Masehi. Jumlahnya ada 150, tersebar di beberapa area dan ukurannya beda-beda. Makin tinggi dan besar kuburannya berarti orang yang dimakamkan makin tinggi jabatannya. Ada 4 raja dan 1 ratu yang dikubur dan juga keluarganya.



Tumuli
Kami masuk ke museumnya. Museum ini salah satu tumuli yang dibuka dan bisa dilihat dalamnya. Ternyata tumuli itu bukan cuma tanah yang ditumpuk-tumpuk, tapi pakai kayu, batu dan tanah liat sebagai bagian dari strukturnya. Jenazah kemudian dimasukkan dari atas setelah strukturnya selesai dibangun.


Museum
Dari kompleks tumuli, jalan ke hotel. Hotel Hwangnamkwan ini hotel baru yang dibuat a la hanok. Jadi bukan rumah hanok yang dijadikan hotel.

Tampak depan hotel

Kamar kami kedua dari kanan. Sepatu harus dilepas dan ditinggal di luar.

Pemandangan dari depan pintu kamar, ada kolam ikan. Kalau mau kasih makan ikan, bisa beli makanan ikan seharga KRW 1,000.

Pohon magnolia di belakang hotel

Pintu belakang hotel, langsung bisa lihat tumuli

Bakery punya hotel : Do Not Disturb
Kamarnya tanpa tempat tidur. Di kamar ada 2 kasur gulung, selimut dan bantal yang keras (isinya biji-bijian), lantai kayunya berpemanas. Kamar mandinya modern seperti hotel biasa, ada toilet duduk dan shower air panas. Dikasih juga teh dan kopi sachet untuk buat sendiri.

Kamar
Sorenya kami mau ke Wolji Pond, danau buatan yang katanya indah sekali di malam hari. Cek di aplikasi Naver map jaraknya 1,5 km. Pokoknya kalau jarak di bawah 2 km kami memutuskan jalan kaki, karena kalau spring di Korea kan gak berkeringat kalau jalan. Sekalian lihat-lihat kota.
Di sepanjang jalan banyak café dan resto dengan gaya hanok.


Cute bakery

Konon ini Starbucks paling cantik di Korea 😊

Jalan ini di pinggirnya banyak pohon sakura….tapi belum mekar. 2-3 minggu lagi pasti bagus banget!!
Jalan, jalan, jalan terus….sambil ikut Naver. Menurut Naver harusnya setelah jalan 1.5 km kami akan tiba di Wolji Pond. Eh, setelah jalan 1,4 km tiba-tiba Naver-nya ngambek. Blank. Punya suami saya juga sama. Trus waktu di-restart katanya kita harus jalan 1.5 km lagi. Aaaa. Mau tanya orang gak ada orang, apalagi mulai gelap. Mau cari taksi gak ada. Waktu lagi diam sambil mikir tiba-tiba ada pelajar lewat. Untung di bisa bahasa Inggris. Katanya kita gak bisa jalan dari situ ke Wolji Pond, terlalu jauh, harus naik taksi. Dia juga bingung di mana cari taksi…eh… tau-tau ada taksi lewat. Akhirnya dia bantu bilang ke supir taksi untuk antar kita ke Wolji Pond. Phew. Orang baik memang selalu ada saat dibutuhkan. Makasih ya, Dik!
Sampai di Wolji Pond kami beli tiket dan masuk (KRW 3,000 per orang). Sudah banyak turis yang datang. Wolji Pond ini danau buatan yang ada di kompleks Istana Donggung. Istana Donggung dibangun di tahun 674 atas perintah Raja Munmu. Sebelumnya Wolji Pond dikenal dengan nama Anapji Pond, sampai kemudian di tahun 1980-an ditemukan potongan keramik bertuliskan ‘Wolji’ (kolam yang memantulkan cahaya bulan) maka kemudian namanya sekarang Wolji Pond. Istana dan danau yang ada sekarang bukan yang asli dari jaman Raja Munmu tapi sudah dibuat ulang karena yang asli sudah rusak.

Turis menunggu lampu-lampu dinyalakan


Jadi cantik setelah lampu-lampu dinyalakan….
Pulangnya kami naik taksi, hari itu sudah tidak percaya lagi sama Naver map. Ternyata taksinya cuma KRW 3,300 saja. Jalanan sudah gelap dan sepi, padahal baru jam 8 malam. Kami turun di depan bakery di dekat hotel karena mau coba kue khas Gyeongju Hwangnam-ppang, isinya kacang merah. Minimum harus beli 4 harganya KRW 3,900 untuk 4 buah. Rasanya seperti bakpia pathuk tapi lunak dan isinya gak terlalu manis. Enak sih.

Hwangnam ppang

Bunga di depan bakery… good night…