“Dorokdok!” seru teman saya tiba-tiba
“Hah?” tanya saya
“Dorokdok!” serunya lagi
Saat itu kami sedang di mobil dari Puno ke Cusco saat roadtrip di Peru. Enaknya roadtrip, kapanpun ada yang menarik kami bisa langsung berhenti (meskipun kadang perjalanan jadi lama saking seringnya berhenti karena ada yang seru). Termasuk saat ada seruan “Dorokdok” tadi…
Dorokdok itu istilah di Bandung untuk kerupuk kulit, bisa kerupuk sapi atau kerupuk babi. Biasanya buat cemilan dimakan seperti kerupuk biasa atau buat topping mie baso.
Dorokdok di Peru ini menarik juga, karena ukurannya besar dan dimasukkan semacam akuarium. Akuarium ini berderet-deret di pinggir jalan.

Kami berhenti di salah satu restoran penjual dorokdok. Bingung juga cara pesannya, penjualnya juga bingung menjelaskan. Akhirnya kami bilang ‘5 soles’, maksudnya mau beli dorokdok seharga 5 Peruvian soles, meskipun kami tidak tahu harganya. Untung boleh.


Ibu penjual langsung membuka akuarium, memakai sarung tangan plastik dan memecahkan dorokdok itu. Kami diberi sepiring dorokdok dan di piring ditaruh juga segenggam cemilan jagung. Rasanya? Enaaaak….kriuk kriuk dan asin. Jagungnya juga enak. Kami makan di halaman resto sambil minum softdrink khas Peru : Inca Kola. Ternyata dorokdok bahasa Spanyolnya chicarron, makanya rumah makan tersebut tulisannya ‘chicarroneria’. Sayangnya karena terlalu pagi, dia belum ada makanan lain selain dorokdok itu.
Di Cusco, waktu ke warung membeli air mineral, saya menemukan dorokdok juga dibungkus plastik, ada cemilan jagungnya. Merknya? Dorado! Mungkin yang buat orang Bandung…..

Dorokdok merk Dorado….