Di pagi yang cerah di bulan Mei 2017 itu berangkatlah kami dari motel di depan danau Taupo, New Zealand. Saya lupa nama motelnya, tapi di sebelah restoran The Lazy Trout.

Danau Taupo tepat di seberang motel

The Lazy Trout
Tujuan kami hari itu untuk melihat Glowworm Caves, gua yang dalamnya banyak cacing yang berpendar. Tempat ini ada di list paling atas saya yang harus dikunjungi kalau ke New Zeland, apalagi setelah saya dapat brosurnya dari salah salah satu hotel

Hari itu yang mendapat giliran menyetir adalah teman saya FF (Funny Friend, karena dia orangnya lucu) sedangkan navigator teman satu lagi HF (Happy Friend, karena dia selalu happy, apapun yang terjadi… satu-satunya yang bisa buat dia cranky cuma kalau lapar dan itu pun dengan gampang bisa diatasi dengan menepi ke café, bakery atau restoran atau menyodori dia satu batang coklat). Seperti biasa job desc saya dan suami hanya duduk di belakang sambil ngemil, ngobrol atau tidur. Hahaha.
Sebelum berangkat HF mendownload peta ke Glowworm Caves dari maps.me . Selama roadtrip kami selalu memakai maps.me offline. Dan…berangkatlah kami!!

Pemandangan di sepanjang jalan
Hari itu perjalanan panjang juga dan mulai kilometer ke 150 jalan jadi sepi dan menyempit. Setelah 200 kilometer jalanan makin kecil sampai akhirnya tibalah kita di papan petunjuk Glowworm Caves.

Papan petunjuk
Hmmm… ada yang aneh…dan dari papan petunjuk tersebut jalan masuknya kecil.

Jalan masuk ke Glowworm caves
Ini kan obyek wisata yang biasa dikunjungi turis berbis-bis, kenapa kecil begini? Kedua teman saya memutuskan untuk memeriksa jalan kecil menurun tersebut. Saya dan suami menunggu di dekat mobil. 15 menit kemudian mereka kembali, harus turun ke bawah cukup jauh katanya dan harus menyeberangi sungai kecil. Mereka pun memutuskan untuk tidak menyeberangi sungai.
Jadi….kami kesasar, saudara-saudara. Sejauh 200 kilometer. Ternyata di New Zealand tidak cuma ada satu glowworm caves. Harusnya nama yang dimasukkan ke maps.me pagi tadi adalah Waitomo Glowworm Caves. Sedangkan yang ini juga glowworm caves, tapi entah apa namanya.
Karena sudah terlanjur kesasar, kami malah foto-foto di jalan yang sepiiii sambil tetap berpikir….kok bisa nyasar jauh banget….

Foto pemandangan dulu…
Karena sudah siang dan lapar, kamipun naik mobil lagi, cari kota terdekat untuk makan siang. Kami ke jalan besar terdekat dan berniat cari tempat makan apapun. Kali ini HF yang menyetir, dan FF di sebelahnya. Ternyata dramanya belum berhenti… tiba-tiba kami distop polisi. Keluarlah HF dari mobil, dari dalam mobil kami lihat dia haha hihi dengan polisi, memang tidak salah julukannya Happy Friend, lama juga mereka mengobrol. Saat masuk mobil lagi, HF ketawa-ketawa seperti biasa
‘Wah, kata polisi kita melebihi batas kecepatan. Hahaha’
‘Oh ya? Trus tadi diskusi apa?’ tanya kami
‘Saya bilang kita baru liburan ke New Zealand. Saya tadi cerita rute kita selama ini’
‘Trus, ditilang engga?’
‘Ditilang….Hahaha…’
Dan ternyata ditilang di New Zealand itu mahal…. Saya lupa jumlahnya, tapi di atas 100 dollar, dibayar online. Hiks.
Kota terdekat yang kita temui Feilding. Untung ada satu tempat makan yang buka.

Menu


Makan siang
Untuk menghibur diri, setelah makan siang kami makan dessert juga : lamingtons. Cake bertabur kelapa yang diklaim oleh Australia sebagai kue asli Australia (dari kata Lord Lamington, gubernur Queensland di akhir abad 19) tapi juga diklaim New Zealand sebagai kue asli New Zealand (dari kata Wellingtons).

Lamingtons
Dari Feilding kami meneruskan perjalanan ke motel di New Plymouth yang berjarak 200 km karena memang sudah di-book malam itu sambil tetap berpikir bagaimana rencana ke Waitomo.
Motel di New Plymouth ini agak di luar kota dan tidak ada minimarket atau tempat makan di sekitarnya. Saat check in sudah waktunya makan malam… bingung juga mau makan di mana karena kami malas keluar lagi ke kota. Lapeeeer. Tiba-tiba ada aroma makanan India di lobby yang baunya betul-betul enak. Kami tanya ke petugas check in, orang India
‘Ada tempat makan ya di sini?’
‘Engga’
‘Trus wangi masakan India ini?’
‘Oh, itu istri saya lagi masak di dapur’
‘Boleh beli gak?’
‘Engga. Itu makan malam kami. Heheheh’
Yaaah… akhirnya malam itu kami makan cup noodles dan buah pir yang beli di farmer’s market di Feilding. Setelah berunding, kami sepakat besok pagi-pagi sekali berangkat ke Waitomo dengan jarak 170 km. Sayang kalau Waitomo dilewatkan.
Kalau saya cek di google maps, inilah beda arah antara ke Waitomo Caves dan ke Feilding dari Taupo (saya tidak bisa menemukan glow worm caves tempat kesasar di google maps). Ini seperti berniat ke Anyer tapi nyasar ke Bandung.


Kiri : yang seharusnya, kanan : lokasi nyasar
Karena perjalanan cukup panjang besoknya kami bangun pagi-pagi sekali. Orang India yang membantu check in kemarin bilang, kalau kami check out pagi-pagi, kami bisa self check out. Cukup mengunci kamar, kemudian cemplungkan kuncinya di mailbox. Pastikan jangan ada barang yang ketinggalan di kamar, karena begitu kunci dicemplungkan ke mailbox kami tidak bisa lagi masuk kamar, karena dia baru datang jam 9-an. Ok, no problem.
Sebelum keluar kamar kami pastikan semua barang sudah masuk koper. Koper kami masukkan ke mobil dan plung….kunci saya masukkan mailbox. Satu detik kemudian suami saya bilang ‘Ikan herring!!’. Halah…. Jadi, di hari pertama kami di New Zealand, kira-kira seminggu sebelumnya, suami saya memutuskan membeli satu toples ikan herring mentah yang diacar. Mau dimakan dengan roti, katanya. Tapi tiap hari kami tidak pernah kesampaian beli roti, jadi selama road trip setiap malam toples ikan herring itu dimasukkan ke kulkas di hotel. Paginya dikeluarkan dan masuk mobil untuk ikut ke kota berikutnya, malamnya masuk kulkas lagi di hotel yang baru dan seterusnya setiap hari. Setelah setia menemani selama seminggu terpaksa ikan herring tersebut kami tinggal di kulkas di hotel di New Plymouth. Selamat tinggal ya, jaga diri baik-baik.

Tapi kami berhasil juga ke Waitomo. Senangnya melihat tanda masuk Waitomo Glow Worm Caves ini. Untuk lihat cacing-cacing berpendar ini kami harus naik perahu ke dalam gua yang letaknya di bawah tanah, tiket masuknya NZD 55 untuk dewasa. Di dalam gua tidak boleh foto cacing-cacing ini….mereka pemalu. Hehehe….yang jelas tidak boleh ambil foto, tapi sebelum naik perahu kami difoto dulu, kemudian nanti fotonya dengan berbagai backgroud Waitomo caves bisa dibeli di souvenir shop. Hahaha….strategi marketing. Tapi memang betul-betul cantik cacing-cacing itu!! Sebetulnya yang disebut cacing itu adalah larva serangga, mereka bergantungan di gua dengan lendirnya dan mengeluarkan cahaya kebiru-biruan. Konon cuma bisa ditemukan di New Zealand.

Ini foto perahunya
Sebelum naik perahu bisa pesan makanan dulu, jadi waktu selesai berperahu makanan sudah siap di café.

Menu

Burger enak yang kami makan di café di Waitomo caves sambil liat orang-orang berseliweran

Maori totem pole di luar Waitomo Caves
Dari Waitomo Caves kami mampir ke Otorohanga Kiwi House untuk….liat kiwi, tiketnya NZD 26 per orang dewasa. Bayangan saya di kiwi house ini ada banyak kiwi lari-lari, seperti di peternakan puyuh. Ternyata cuma ada 1 pasang, lihatnya agak susah karena mereka sembunyi di antara tanaman di kandangnya. Menurut mbak penjaganya mereka punya 2 pasang kiwi, gantian sepasang ada di kiwi house, sepasang lagi ditaruh di lokasi lain outdoor.


Kiwi yang diawetkan….yang hidup tidak mau difoto…

Ukuran telur kiwi dibandingkan telur burung onta.
Katanya telur kiwi beratnya 20% dari berat badan ibu kiwi, bandingkan dengan ayam yang cuma 5%
Dan setelah puas di Waitomo dan Otorohanga….kamipun melanjutkan perjalanan jauh 450 km ke Wellington.