Februari 2018 saya, suami dan sepupu saya jalan-jalan ke pulau Bacan di Maluku Utara. Pulau Bacan ini mulai terdengar waktu ada demam batu Bacan (padahal konon katanya batu tersebut asalnya dari pulau tetangga, yaitu pulau Kasiruta, hanya saja dijual di pulau Bacan). Saya sendiri tidak akan berpikir untuk ke Bacan kalau tidak ada saudara yang bisa dikunjungi di sini. Tapi setelah berkunjung, kesan saya terhadap Bacan : pulau yang cantik dan makanannya enak (ikan, ikan, ikan!). Potensi wisatanya besar sekali! Kalau ditanya, jalan-jalan ke mana yang paling berkesan dari semua jalan-jalan yang pernah saya lakukan ke berbagai negara, jawabannya ‘Pulau Bacan!’
Untuk ke pulau Bacan ini rutenya cukup ribet, karena tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Bacan. Beginilah rutenya : Jakarta – Makassar, Makassar – Ternate, Ternate – Bacan (ternyata sekarang sudah mendingan ada pesawat ke Bacan, dulu harus naik kapal laut dari Ternate, berangkat malam dari Ternate, sampai Bacan pagi hari)
Kami berangkat pagi-pagi dari Jakarta. Transit di Makassar beberapa jam kemudian naik pesawat lagi ke Ternate. Saat sampai di Ternate, counter pesawat ke Bacan belum buka. Kami pun makan nasi kuning Ternate yang terkenal itu di salah satu rumah makan di airport dan lihat-lihat toko yang menjual batu, termasuk batu Bacan.

Nasi kuning Ternate. Gurih!

Toko penjual batu. Ada batu mentah juga.
Waktu counter pesawat sudah dibuka, kami siap-siap check in. Pembicaraan dengan si mas di counter seperti ini
Saya : Mau check in pesawat ke Bacan
Mas : Tarada pesawat hari ini
Saya : Hah?
Mas : Tarada pesawat hari ini
Saya : Tapi tiket saya untuk sore ini?
Mas : Datang lagi besok jam 6 pagi. Sekarang pulang dulu.
Saya sampai bingung, jadi pesawat tiba-tiba dicancel dan diundur besok jam 6 pagi. Terus kami malam ini di Ternate bagaimana? Setelah berdebat, akhirnya kami disuruh tunggu dulu di airport, nanti akan ada mobil yang mengantar ke penginapan, penginapan disediakan. Wah, bisa begini ya.
Sekitar 1 jam menunggu kamipun disuruh naik mobil. Cukup banyak calon penumpang lain yang nasibnya sama. Ada ibu yang bawa anak kecil, ada businessmen Korea dan orang-orang lainnya. Ada juga penumpang yang memutuskan minta diantar ke pelabuhan saja, lebih baik malam itu naik kapal ke Bacan, katanya, karena sampainya sama….besok pagi.
Penginapan yang disediakan cukup baik, kamarnya kecil tapi bersih. Satu kamar berdua. Kami malam itu cari makan di sekitar penginapan, ada pecel ayam. Enak juga, ayamnya besar-besar. Rasanya kalau makan pecel ayam di Jakarta ayamnya tidak pernah sebesar itu.

Hmmmm….pecel ayam….
Besok tersedia makan pagi di hotel. Makan paginya enak, makanan lokal, ada ikan dan sayuran, tidak seperti makanan hotel pada umumnya. Selesai makan, langsung ke airport dengan mobil jemputan.
Perjalanan ke Bacan


Ini pemandangan dari pesawat. Pesawat ke Bacan penuh. Karena pesawat kecil, maksimum jatah bagasi hanya 10 kg.



Dan tibalah kami di Bacan, di bandara Oesman Sadik!! Wow…. Bacan indah sekali di pagi hari. Langitnya bersih, beda dengan Jakarta. Hahaha… Kami juga excited, seperti apa ya pulau Bacan ini?
Selama di Bacan kami menginap di rumah saudara. Untuk keliling Bacan, bila tidak diantar oleh saudara, kami naik becak untuk jarak dekat atau menyetop angkot yang kosong untuk disewa putar-putar pulau. Pulau Bacan ini besar lho, 2000 km2 (Jakarta 660 km2).
Labuha
Labuha adalah ibukota kabupaten Halmahera Selatan. Jalan-jalannya bagus dan pantainya juga indah. Sayangnya ini bukan pantai yang bisa untuk berenang. Tapi untuk foto-foto bagus sekali!!
Kami ke pasar juga untuk cari batu Bacan untuk oleh-oleh. Kami pikir akan banyak penjualnya di pasar, tapi ternyata demam batu Bacan sudah reda. Tidak banyak yang menjual, kalaupun ada mahal. Karena kami tidak tahu mana batu yang bagus, akhirnya kami tidak jadi beli.





Pemandangan dari becak menuju ke pasar






Orang ini bagaimana caranya naik ke jembatan tersebut ya…


Sunset…
Pantai Babang
Pantai Babang juga indah sekali. Airnya jernih. Kami duduk-duduk minum air kelapa dan makan pisang goreng (memang ini benar-benar lazy trip….seperti semua jalan-jalan saya yang lain. Hahaha). Seperti di Manado, pisang goreng di Bacan dimakan dengan sambal. Pisangnya diiris tipis-tipis. Enak sekali baik pisang yang manis maupun yang masih setengah matang, sambalnya ada rasa terasinya juga!












Jernih sekali kan airnya?
Barangkadolong
Barangkadolong ini sungai yang biasa dipakai berenang. Lumayan juga cara ke sana, kami menyewa angkot dan dari jalan besar, kemudian jalan kaki di jalan setapak. Saat itu suami usul untuk bawa perbekalan untuk dimakan setelah berenang. Saya bilang nanti kita beli saja di minimarket sekitar situ. Ternyata….di Bacan ini tidak ada minimarket sama sekali. Buat kita di Jawa yang sudah terbiasa melihat minimarket setiap 10 meter, rasanya aneh juga, mau beli cemilan atau minuman ternyata tidak ada yang jual.



Jalan masuk ke Barangkadolong


Barangkadolong, sepi. Yang berenang sedikit saat itu, mungkin karena bukan weekend?

Tapi sepulang dari Barangkadolong, di Labuha, kami menemukan 1 supermarket, seperti ini. Horeee!!
(Bersambung ke Part 2)